fbpx

Keunikan Tradisi Pacu Jalur yang Mendunia Lewat TikTok

tradisi pacu jalur

Indonesia kaya akan tradisi unik yang lahir dari sejarah panjang budaya lokal, salah satunya adalah tradisi pacu jalur. Bagi kamu yang belum tahu, pacu jalur bukan sekadar lomba perahu biasa. Tradisi ini lahir dan tumbuh di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, dan telah menjadi ikon kebanggaan masyarakat setempat. Menariknya, belakangan ini pacu jalur Kuantan Singingi kembali mencuri perhatian publik, bahkan viral di TikTok. Fenomena ini membuka peluang besar untuk menjadikan tradisi pacu jalur sebagai magnet wisata budaya yang mendunia. Lantas, apa sebenarnya pacu jalur itu, bagaimana sejarahnya, dan apa yang bisa pemerintah serta masyarakat lakukan untuk memaksimalkan potensi ini? Yuk, simak ulasan lengkapnya!

Apa Itu Pacu Jalur?

Secara harfiah, “pacu” berarti lomba atau balapan, sedangkan “jalur” berarti perahu panjang tradisional. Jadi, pacu jalur adalah tradisi lomba perahu panjang yang diadakan di sungai Kuantan. Uniknya, satu jalur bisa memiliki panjang lebih dari 25 meter dan diawaki hingga 50 orang. Bayangkan bagaimana serunya melihat puluhan jalur berpacu di arus sungai dengan irama dayung yang kompak dan teriakan semangat para pendayung!

Tradisi pacu jalur Kuantan Singingi sudah ada sejak zaman kolonial Belanda, awalnya sebagai bentuk hiburan rakyat dan acara peringatan ulang tahun Ratu Wilhelmina (Gazali, dkk., 2018). Seiring waktu, pacu jalur berkembang menjadi event budaya yang rutin hadir di setiap tahun dan masuk dalam kalender wisata nasional. Tidak hanya menonjolkan adu cepat di sungai, tetapi juga menampilkan kemeriahan upacara adat, musik tradisional, dan ornamen jalur dengan warna-warni yang memikat. Inilah mengapa pacu jalur disebut sebagai festival rakyat sungai yang sarat nilai budaya.

Baca Juga: Keunggulan Mengadakan Acara Pagelaran di Destinasi Wisata Bersejarah

Mengapa Pacu Jalur Viral di TikTok?

Belakangan ini, konten tentang pacu jalur Kuantan Singingi ramai berseliweran di TikTok. Banyak kreator lokal maupun wisatawan membagikan video suasana pacu jalur, mulai dari persiapan, ritual adat, hingga momen mendebarkan saat jalur melaju di sungai. Keunikan visual perahu panjang, kekompakan pendayung, semangat anak kecil yang menari di atas perahu, dan antusiasme masyarakat yang membanjiri tepi sungai membuat konten ini cepat menarik perhatian.

Fenomena viral ini tentu tidak lepas dari sifat TikTok yang mengedepankan konten visual yang singkat, informatif, dan menghibur. Banyak orang yang kemudian memparodikan atau memperagakan gaya pacu jalur ini yang dikemas dalam video lucu. Tren ini kemundul muncul sebagai “Aura Farming“, yang merujuk pada anak yang menari pada sepanjang pacuan dengan penuh aura. Hal ini kemudian membuat banyak orang yang sebelumnya tidak tahu tentang tradisi pacu jalur kini menjadi penasaran dan ingin melihat langsung ke Kuantan Singingi. Ini membuktikan bahwa potensi budaya lokal bisa menjangkau audiens global melalui media sosial jika terkemas dengan cara yang menarik.

Fakta Menarik di Balik Tradisi Pacu Jalur

Proses pelaksanaan tradisi pacu jalur memerlukan persiapan panjang. Mulai dari mencari kayu terbaik untuk membuat jalur, merawat jalur agar tetap kuat, hingga membentuk tim pendayung yang solid. Masyarakat biasanya bergotong royong, bahkan rela menyisihkan hasil panen untuk membiayai pembuatan jalur.

Tak hanya itu, jalur yang panjangnya sekitar 25-27 meter tersebut terbagi menjadi beberapa bagian dengan masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda. Pertama adalah luan yang berfungsi sebagai untuk tempat duduk dan tempat menari si tukang tari jalur. Kedua ialah talingo sebagai tempat diikatnya tali pengikat untuk mengikat jalur sewaktu berada di sungai, agar jalur tidak hanyut terbawa arus sungai. Kemudian juga terdapat panggar yang merupakan tempat duduk para atlet dayung. Timbo ruang ialah bagian tengah yang sengaja dikosongkan untuk menimba air. Kemudian juga terdapat kemudi sebagai tempat berdirinya tukang onjai atau pengemudi  (Hasbullah, dkk., 2016).

Fakta lainnya yang tak kalah menarik ialah dalam tradisi ini sebenarnya terdapat unsur magis di dalamnya. Seperti rangkaian proses upacara dalam mencari dan menebang kayu jalur. Dalam proses ini memerlukan rapat dan diskusi yang panjang untuk memutuskan kapan proses penebangan, pembuatan, dan lain sebagainya. Akan tetapi, hal yang paling penting diputuskan dalam rapat tersebut adalah siapa yang akan menjadi dukun jalur. Hal ini dikarenakan menurut kepercayaan masyarakat setempat, setiap tempat atau benda senantiasa dikuasai oleh kekuatan gaib (Hasbullah, dkk., 2016)

Selain itu, sebelum perlombaan mulai, juga terdapat ritual adat sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan penjaga sungai. Setelah itu, jalur-jalur akan beradu cepat menyusuri sungai dengan sorakan ribuan penonton di tepi sungai. Suasana semakin semarak dengan musik tradisional dan tarian penyambutan yang menambah daya tarik wisata. Tradisi pacu jalur bukan hanya ajang perlombaan, tetapi juga sarana mempererat solidaritas warga Kuantan Singingi. Maka tidak heran jika setiap kampung memiliki jalur kebanggaan yang diwariskan secara turun-temurun.

Baca Juga: Kiat-Kiat Menciptakan Ekosistem Pariwisata yang Kondusif

Haruskah Kemenparekraf Memanfaatkan Tren Pacu Jalur untuk Branding Wisata?

Tentu saja! Momentum viralnya tradisi pacu jalur di TikTok harus dijadikan peluang oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk memperkuat branding wisata budaya Indonesia. Tren ini membuktikan bahwa generasi muda sebenarnya haus akan konten budaya lokal yang autentik. Jika Kemenparekraf mampu menangkap tren ini, bukan tidak mungkin pacu jalur bisa menjadi festival internasional yang mendatangkan wisatawan mancanegara.

Selain mendongkrak kunjungan wisatawan ke Kuantan Singingi, promosi pacu jalur juga dapat membuka peluang ekonomi bagi masyarakat lokal. Mulai dari homestay, kuliner tradisional, kerajinan tangan, hingga layanan tur budaya. Dengan demikian, dampaknya tidak hanya terasa sesaat, tetapi juga berkelanjutan.

Apa yang Bisa Kemenparekraf Lakukan?

1. Menggandeng Penggiat Wisata Lokal

Langkah pertama yang bisa pemerintah lakukan adalah menggandeng para penggiat wisata lokal yang memahami seluk-beluk tradisi pacu jalur. Mulai dari tour guide, komunitas budaya, hingga pelaku UMKM di sekitar Kuantan Singingi. Dengan melibatkan mereka, promosi pacu jalur akan lebih otentik karena cerita yang tersampaikan datang dari orang-orang yang benar-benar hidup dalam tradisi ini.

Tour guide lokal juga berperan penting sebagai jembatan informasi antara wisatawan dan masyarakat setempat. Mereka bisa menjelaskan nilai-nilai budaya, tata cara pacu jalur, hingga sejarah unik di balik setiap jalur. Semakin banyak tour guide tersertifikasi, semakin profesional layanan wisata yang ditawarkan.

2. Meningkatkan Promosi Lewat Media Sosial

Kemenparekraf juga perlu memanfaatkan kekuatan media sosial secara lebih maksimal. Konten video pendek, storytelling visual, hingga kolaborasi dengan influencer budaya bisa mendongkrak popularitas pacu jalur. Kamu pasti sering melihat tren travel vlog, bukan? Nah, format serupa bisa pemerintah terapkan untuk memperkenalkan pacu jalur dengan cara yang lebih segar.

Selain itu, strategi hashtag yang tepat juga akan membantu menjaring audiens yang lebih luas. Misalnya, #PacuJalurKuantanSingingi atau #VisitRiau bisa pemerintah kampanyekan serentak menjelang festival pacu jalur. Dengan cara ini, wisata budaya di Indonesia tak hanya dikenal lokal tetapi juga merambah ke pasar internasional.

3. Menyiapkan Infrastruktur Pendukung

Tak kalah penting, Kemenparekraf juga perlu bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menyiapkan infrastruktur yang memadai. Mulai dari akses jalan, fasilitas penginapan, hingga kebersihan area wisata. Ketika wisatawan merasa nyaman, mereka akan dengan senang hati datang lagi di tahun berikutnya. Hal ini tentu akan memperkuat ekosistem pariwisata di Kuantan Singingi secara berkelanjutan.

Baca Juga: Siapa Sangka Profesi Tour Guide Punya Potensi Gaji Setinggi Ini

Jadilah Bagian dari Pelestarian Tradisi Pacu Jalur

Sebagai generasi muda, kamu juga bisa berkontribusi menjaga tradisi pacu jalur tetap lestari dan mendunia. Salah satunya dengan menjadi tour guide profesional yang mengedukasi wisatawan tentang budaya lokal. Untuk itu, LSPP Jana Dharma Indonesia hadir sebagai lembaga Sertifikasi Tour Guide berstandar BNSP.

Dengan mengikuti sertifikasi di LSPP Jana Dharma Indonesia, kamu akan mendapatkan pelatihan mendalam, jaringan komunitas wisata yang luas, konsumsi gratis saat pelatihan, hingga sertifikat resmi BNSP yang terakui secara nasional. Bayangkan betapa bangganya kamu bisa menjadi bagian dari promotor budaya Indonesia, sekaligus membuka peluang kerja di sektor pariwisata yang terus berkembang.

Jadi, sudah siap berkontribusi mempromosikan pacu jalur Kuantan Singingi ke mata dunia? Yuk, mulai langkahmu dengan bergabung bersama LSPP Jana Dharma Indonesia. Klik link pendaftaran sekarang, jadilah tour guide bersertifikat, dan wujudkan mimpimu memajukan wisata budaya Indonesia!

Info lebih lanjut, kamu dapat menghubungi:

Alamat Kantor Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pariwisata Jana Dharma Indonesia:

Jl. Arimbi No.01, Kragilan, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55284

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *