Sertifikasi vs Portofolio: Mana yang Bikin HR Langsung Naksir?
Admin Media Sosial JDI | Diposting pada |

Bingung menentukan mana yang lebih penting antara sertifikasi vs portofolio? Pertanyaan ini sering muncul, terutama di kalangan fresh graduate dan para profesional yang ingin naik level karir. Di tengah persaingan kerja yang makin ketat, kamu harus paham kapan perlu fokus ke sertifikasi, kapan harus membangun portofolio, atau bagaimana cara mengkombinasikan keduanya secara seimbang. Artikel ini akan membedah perbedaan mendasar sertifikasi dan portofolio, relevansi di berbagai bidang, hingga bobot penilaian HR. Kamu akan menemukan insight berguna agar bisa memutuskan langkah terbaik sesuai bidang kerja kamu.
Daftar Isi
TogglePerbedaan Sertifikasi dan Portofolio
Banyak orang masih belum memahami apa bedanya sertifikasi vs portofolio. Sertifikasi adalah bukti resmi kalau kamu punya keahlian tertentu. Biasanya, sertifikasi diberikan oleh lembaga kredibel, baik tingkat nasional seperti BNSP, maupun internasional. Sertifikasi membuktikan kamu sudah melalui proses belajar dan uji kompetensi. Sementara itu, portofolio adalah kumpulan hasil kerja nyata. Portofolio menunjukkan kreativitas, keahlian praktis, dan pengalamanmu. Misalnya, kalau kamu desainer grafis, portofolio berisi hasil desain terbaikmu. Kalau kamu digital marketer, portofolio bisa berupa data kampanye iklan yang sukses.
Baca Juga: 5 Profesi Digital Marketing 2025 Paling Menjanjikan yang Bisa Kamu Pilih
Mana yang Lebih Penting: Sertifikasi atau Portofolio?
Topik sertifikasi vs portofolio tidak bisa dijawab dengan jawaban hitam putih. Sebab, kebutuhan setiap industri berbeda. Kalau kamu fresh graduate, sertifikasi bisa jadi senjata pertama karena pengalamanmu masih minim. Di sisi lain, portofolio menjadi cara terbaik menunjukkan hasil nyata dari skill-mu. HR biasanya menilai kandidat dengan sertifikasi punya kredibilitas lebih. Namun, tanpa portofolio, kamu bisa kalah saing dengan kandidat lain yang sudah punya bukti hasil kerja. Jadi, posisi terbaik tetap punya keduanya. Kamu fresh graduate? Segera buat portofolio kecil dan tambahkan sertifikasi yang relevan.
Dalam Bidang Marketing dan Kreativitas, Portofolio Lebih Penting
Bagi kamu yang terjun di dunia marketing, desain, penulisan konten, atau industri kreatif lainnya, portofolio sering kali lebih berbicara. Klien dan perusahaan ingin melihat sejauh mana kreativitasmu diimplementasikan dalam proyek nyata. Misalnya, seorang copywriter bisa saja punya sertifikasi menulis, tapi tanpa contoh tulisan yang menjual, klien tetap ragu. Dalam konteks sertifikasi vs portofolio, untuk bidang kreatif portofolio sering jadi bahan pertimbangan utama. Meski demikian, sertifikasi tetap mendukung, karena membuktikan kamu mau terus belajar dan berkembang.
Dalam Bidang Teknikal, Sertifikasi Lebih Menonjol
Bagaimana dengan bidang teknikal? Di ranah teknis seperti IT, engineering, atau keuangan, sertifikasi justru sering jadi “pintu masuk” utama. Banyak perusahaan menetapkan sertifikasi sebagai syarat wajib. Misalnya, network engineer perlu sertifikat CCNA, atau akuntan publik perlu CPA. Ini karena sertifikasi di bidang teknikal menandakan bahwa skill kamu diakui lembaga profesional. Dalam duel sertifikasi vs portofolio, portofolio di bidang teknikal tetap penting, misalnya programmer bisa tunjukkan aplikasi buatannya. Tapi tanpa sertifikasi, peluang lolos seleksi bisa lebih kecil.
Baca Juga: Mengapa Sertifikasi Teknis Penting Bagi Profesi Industri Pariwisata?
Bobot Sertifikasi vs Portofolio di Mata HR
Bagaimana HR menilai sertifikasi vs portofolio? Banyak HRD menggunakan sertifikasi sebagai filter administratif pertama, terutama kalau sertifikasinya diakui secara internasional. Fresh graduate yang punya sertifikasi di CV akan lebih mudah lolos tahap awal. Namun, HR tetap butuh portofolio sebagai bukti kemampuan riilmu. Misalnya, digital marketer bersertifikat Google Ads tetap harus menunjukkan data hasil kampanye. Intinya, HR butuh kombinasi keduanya. Sertifikasi validasi skill, portofolio buktikan hasil kerja.
Fresh Graduate Harus Mulai dari Mana? Sertifikasi atau Portofolio
Jika kamu fresh graduate, mungkin kamu masih bingung harus mulai dari mana membangun sertifikasi vs portofolio. Tenang, kuncinya adalah mulai dari apa yang paling kamu mampu lakukan dulu. Kalau kamu belum punya pengalaman kerja nyata, maka fokuslah mengikuti pelatihan dan meraih sertifikasi yang diakui, seperti sertifikasi resmi dari BNSP. Sertifikasi ini akan jadi bukti di CV-mu bahwa kamu punya kompetensi dasar dan siap bersaing di pasar kerja.
Tapi jangan berhenti disitu saja. Mulailah membangun portofolio meski proyeknya kecil. Kamu bisa ambil project freelance, magang, atau bahkan membuat simulasi project mandiri. Contohnya, kalau kamu fresh graduate di digital marketing, coba kelola akun media sosial bisnis teman atau buat studi kasus kampanye fiktif. Dengan begitu, portofoliomu pelan-pelan akan terisi. Dalam konteks sertifikasi vs portofolio, fresh graduate sebaiknya membangun keduanya perlahan. Sambil bekerja, kamu bisa terus menambah sertifikasi lanjutan sesuai kebutuhan karirmu nanti.
Baca Juga: Sudah Tahu Cara Dapatkan Sertifikasi MICE di Jakarta?
Contoh Sertifikasi atau Portofolio yang Bisa Kamu Ikuti dan Buat
Supaya kamu lebih punya gambaran nyata, berikut beberapa contoh sertifikasi dan portofolio yang bisa kamu coba sesuai bidangmu. Untuk kamu yang berkecimpung di dunia digital marketing, sertifikasi Google Ads, Google Analytics, HubSpot Content Marketing, atau Facebook Blueprint bisa jadi pilihan. Kalau tertarik di bidang MICE (Meetings, Incentives, Conferences, Exhibitions), kamu bisa ambil sertifikasi event organizer, tour leader, atau wedding planner resmi BNSP.
Di ranah teknikal, pilih sertifikasi seperti CompTIA, Microsoft Certified, Cisco CCNA, hingga AWS Certified Solutions Architect. Bidang keuangan atau akuntansi juga punya banyak opsi, misalnya CPA, brevet pajak, atau sertifikasi analis keuangan.
Untuk portofolio, jangan ragu memulai dari project sederhana. Seorang desainer grafis bisa membuat mockup logo, poster, kemasan produk, dan mengunggahnya ke Behance atau Dribbble. Programmer bisa upload source code ke GitHub atau bikin aplikasi mini. Fotografer bisa memamerkan hasil foto di Instagram atau website portofolio pribadi. Penulis konten bisa bikin blog atau menulis di Medium. Bahkan untuk fresh graduate, tugas kuliah berupa studi kasus atau proyek simulasi juga bisa kamu tampilkan sebagai portofolio. Berikut merupakan beberapa contoh portofolio menarik dari berbagai penulis.
1. Kristen Batman
Kristen Batman dikenal dengan portofolio feature yang fokus pada isu sosial, budaya, dan komunitas. Ia menampilkan tulisan panjang yang mendalam, disertai dokumentasi foto yang relevan. Setiap karya dalam portofolionya membuktikan kepekaan jurnalistiknya sekaligus riset yang kuat.
2. Alice Driver
Alice Driver membangun portofolio dengan tulisan narasi jurnalistik yang mengangkat tema keadilan sosial. Ia menulis artikel human interest dengan pendekatan yang empatik. Portofolio Alice juga memadukan cerita dengan visual dokumenter yang mendukung isi tulisan.
3. Scott Broker
Scott Broker menampilkan portofolio penulisannya dengan tampilan website profesional. Di homepage, ada foto headshot dan bio singkat yang langsung memberi kesan personal kepada pengunjung. Scott, yang berbasis di Ohio dan sedang menempuh program MFA di Ohio State University, pernah dinominasikan untuk Pushcart Prize. Portofolionya memuat daftar publikasi dengan deskripsi singkat, mempermudah pembaca mengenal karya-karyanya.
4. Qin Chen
Qin Chen adalah contoh penulis konten teknologi dengan portofolio artikel mendalam. Ia kerap menulis analisis teknologi dengan data terbaru dan infografis pendukung. Setiap tulisan Qin Chen disusun secara rapi, memperlihatkan keahliannya meriset topik yang kompleks
Kalau kamu mau nilai plus, gabungkan semuanya dalam satu website portofolio lengkap dengan link ke sertifikat digital. Ini akan memudahkan HR melihat sertifikasi dan portofolio milikmu secara utuh dan profesional. Semakin detail, semakin besar peluangmu lolos seleksi kerja.
Saatnya Kamu Beraksi!
Kalau kamu ingin memperluas peluang karier, tak perlu memilih antara sertifikasi vs portofolio, karena kamu bisa punya keduanya. Jana Dharma Indonesia mendukung kamu yang mau meningkatkan kepercayaan diri dan kredibilitas dengan berbagai program sertifikasi. Mulai dari sertifikasi marketing, sertifikasi MICE, sertifikasi tour leader, dan lain-lain, semuanya resmi BNSP. Keuntungannya? Kamu bisa memperluas jaringan, mendapat pembelajaran dari praktisi, hingga konsumsi gratis saat uji kompetensi.
Jangan biarkan kompetitormu melesat lebih dulu! Siapkan sertifikasi, susun portofolio, dan buktikan kalau kamu layak di mata HR maupun klien. Klik kontak Jana Dharma Indonesia sekarang juga dan raih sertifikat resmi yang akan membuka lebih banyak pintu kesempatan karirmu!
Info lebih lanjut, kamu dapat menghubungi:
- CS WhatsApp: +6282322795991
- Telp: (0274) 543 761
- Instagram: @jana_dharma_indonesia
- Email : [email protected]
Alamat Kantor Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pariwisata Jana Dharma Indonesia:
Jl. Arimbi No.01, Kragilan, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55284
Tinggalkan Balasan