Tenaga Kerja Pariwisata Indonesia Belum Siap Hadapi MEA 2015
LSP Pariwisata | Sertifikasi Kompetensi Pariwisata
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyatakan, tenaga kerja Indonesia belum siap menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Pasalnya, tenaga kerja pariwisata Indonesia belum semuanya tersertifikasi. “Untuk menyongsong MEA, saya rasa belum siap. Dari sisi jumlah tenaga kerja, sebanyak 375 ribu orang harus sudah memiliki sertifikasi dan sampai saat ini belum ada setengahnya yang sudah tersertifikasi. Tahun 2014, ada 375 ribu tenaga kerja pariwisata dan yang punya sertifikasi baru 121 ribu orang,” kata Arief di Jakarta, Kamis (4/12/2014).
Hingga 2014, jumlah tenaga kerja pariwisata yang sudah tersertifikasi sebanyak 121.520 orang. Jumlah ini terdiri dari 58.627 orang yang difasilitasi oleh Kementerian Pariwisata dan 62.893 lainnya melalui jalur mandiri seperti Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) pariwisata pihak kesatu dan ketiga.
Pemerintah menargetkan akselerasi sertifikasi tenaga kerja pariwisata berlangsung hingga 2019 dimana jumlah tenaga kerja pariwisata yang sudah tersertifikasi sudah mencapai 254 ribu orang atau sebesar 68,31 persen. Pencapaian ini, katanya, hanya akan tercapai jika dibantu oleh industri dan LSP pariwisata pihak kesatu dan ketiga.
“Saya menghimbau perusahaan travel ikut terlibat di dalamnya dan harus ada ikatan dinas. Standar harus sesuai standar ASEAN namun tetap mengikuti skema kualifikasi nasional indonesia,” tukasnya.
Bentuk pencapaian akselerasi antara pemerintah dengan LSP pariwisata pihak kesatu dan ketiga diwujudkan dalam beberapa program, diantaranya adalah membuat komitmen bersama dengan industri untuk standar kompetensi yang sama yaitu ASEAN Common Community Standards for Tourism Professional (ACCSTP). ACCSTP ini sudah disepakati dan diakui dalam ASEAN MRA on Tourism Professionals bagi indusri pariwisata bisang hotel, restoran dan perjalanan wisata.
Selain itu akan ada upaya diseminasi intensif mengenai program sertifikasi kompetensi tenaga kerja kepada seluruh LSP pariwiata, industri perhotelan dan perjalanan serta Dinas Pariwisata daerah. Kemudian pemerintah bersama dengan LSP pariwisata pihak ketiga, industri perhotelan dan perjalanan melaksanakan uji kompetensi serta merekomendasikan industri yang menjadikan tempat usahanya sebagai Tempat Uji Kompetensi (TUK).
“Kami juga menyarankan kepada pemilik dan manajemen seluruh industri pariwisata khususnya hospitality dan perjalanan jauh untuk memiliki sertifikasi kompetensi kepada karyawannya. Kami juga akan mengembangkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan Materi Uji Kompetensi (MUK) bersama LSP dan industri,” tutur Arief.
Gerakan akselerasi ini bukannya tanpa tantangan. Stakeholder dan industri perlu mengerti pentingnya sertifikasi menyambut MEA 2015. Salah satu hal yang menjadi kendala utama adalah bahasa. Soal bahasa, Indonesia masih ketinggalan karena berada di bawah Filipina, Singapura, Malaysia dan Brunei.
Arief mengakui keterlambatan proses sertifikasi ini salah satunya dikarenakan masalah keuangan. Dia mengatakan, Kemenpar bertanggung jawab untuk memfasilitasi LSP pariwisata yang berjumlah sekitar 139 lembaga. Kita ingin menguatkan infrastruktur. Standar sertifikasinya 1,2 juta untuk setiap orang.
Terkait target wisatawan tahun depan, pertumbuhan pariwisata ASEAN diperkirakan paling besar 8 persen dari 2007 hingga 2014. Indonesia, lanjutnya, harus tumbuh hingga 15 persen. Indonesia sendiri menargetkan kedatangan 20 juta wisatawan hingga 2019. Target 20 juta juga merupakan target Presiden Joko Widodo
Untuk itu pemerintah akan menjalankan promosi berbasis digital dimana aspek budaya digabungkan dengan teknologi tinggi. Semua potensi wisata dipromosikan menggunakan basis digital karena 70 persen konsumen lebih menyukai hal tersebut.
“Proyeksi kita 9 juta untuk tahun depan. Saya ingin 2015 naik menjadi 10 juta. Target pendapatan sebesar USD500 juta dolar,” tandasnya.
Kawasan Asia Tenggara selama periode 2005-2012 mengalami pertumbuhan wisatawan mancanegara tertinggi di dunia yaitu sebesar 8,3 persen yang jauh diatas pertumbuhan global yaitu 3,6 persen. Pada 2013, pariwisata ASEAN tumbuh 12 persen atau mencapai 92,7 juta wisatawan yang juga diatas pertumbuhan global yaitu sebanyak 5 persen.
Kontribusi bidang pariwisata pada PDB nasional mencapai 4,2 persen dengan devisa yang dihasilkan sebanyak Rp120 triliun yang berakibat pada penciptaan lapangan kerja untuk 8,7 juta orang. Angka tersebut didapatkan dari 9 juta orang wisatawan mancanegara dan 250 juta wisatawan nusantara.
“Dalam lima tahun kedepan atau 2019, pencapaian ini akan ditingkatkan sebanyak dua kali lipat. PDB menjadi 8 persen, devisa sebesar Rp240 triliun, menciptakan 13 juta lapangan kerja, kunjungan wisatawan menjadi 20 juta wisawatan mancanegara dan 275 wisatawan nusantara,” pungkas Menpar.
Tinggalkan Balasan