Membangun Sinergitas Pariwisata
LSP Pariwisata sertifikasi pariwisata -VISIT Jawa Tengah Year (VJY) 2013 telah selesai diselenggarakan. Berbagai hasil positif dirasakan masyarakat dan pelaku pariwisata. Hasil positif paling menonjol adalah keterbangunan brand awareness tentang pariwisata di provinsi ini, dan pertumbuhan semangat untuk terus menggelar event besar. Karena itu, tepat apabila menjadikan tahun 2014 sebagai momentum kebangkitan pariwisata di Jateng. Keberhasilan VJY tentu tidak diraih seketika. Keberhasilan itu pun tidak hanya secara statistik bahwa VJY berhasil menyelenggarakan 290 event (99,7%) dari 294 yang diagendakan, tetapi juga keterlampauan target kunjungan wisatawan Nusantara (wisnus). Dari target 25 juta wisnus, hingga Desember 2013 tercatat 26.084.062 wisnus berkunjung ke Jateng. Untuk wisatawan mancanegara (wisman), dari target 500.000 tercapai 352.295 orang (70,46%). Tidak tercapainya jumlah kunjungan wisman tidak hanya dirasakan oleh Jateng mengingat banyak faktor yang memengaruhi.
Kondisi itu dialami oleh hampir semua provinsi di Indonesia, yang berusaha keras membangkitkan inbound tourism. Salah satu faktor adalah kebangkitan banyak provinsi lain di Tanah Air, dengan ”kue” destinasi yang makin menarik dan beragam sehingga turis asing memiliki banyak pilihan untuk berlibur. Objek-objek wisata di wilayah Timur Indonesia misalnya, yang agresif meraih pasar.
Jika dahulu turis asing hanya sampai di Pulau Komodo atau Bunaken, kini bisa memilih Raja Ampat yang elok atau Wakatobi yang memesona. Tetapi, sekali lagi, jumlah kunjungan wisnus ataupun wisman bukanlah tujuan utama penyelenggaraan VJY.
Masyarakat Berperan
Kebangkitan pariwisata, dan keterbangunan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan para pelaku pariwisata di provinsi ini, adalah sasaran utama yang ingin dicapai. Pasalnya, meskipun kaya potensi, pariwisata di Jateng sepertinya masih jalan di tempat. Sukses VJY juga dimaksudkan untuk menumbuhkan sektor riil/dunia usaha dan peningkatan PAD serta tenaga kerja di daerah.
Dengan demikian, keberhasilan itu juga akan mendukung percepatan keterwujudan masyarakat Jateng yang makin sejahtera. Dari sisi event, sukses bisa dilihat dari banyaknya kegiatan sepanjang 2013. Sebanyak 17 event internasional diselenggarakan, juga 45 eventnasional, 224 event regional dan lokal. Melihat persentasenya, event regional dan lokal cukup mendominasi, dengan angka 80%. Adapun event internasional 5%, dan event nasional 17%.
Lalu dari domain penyelenggara, event yang digelar oleh masyarakat mencapai 58%, swasta 20 persen, dan pemerintah 22%. Ini menunjukkan, pemerintah berhasil mendorong masyarakat dan swasta untuk lebih berperan dan ambil bagian dalam gelaran akbar itu. Capaian selama Tahun Kunjungan Wisata 2013 makin mengokohkan posisi Jateng sebagai Central Gravity di Indonesia, khususnya sebagai pusat budaya dan destinasi pariwisata nasional.
Posisi tersebut makin kuat dengan kebijakan Gubernur Ganjar Pranowo, yang menetapkan 2014 sebagai tahun infrastruktur. Dengan demikian ada harapan baru, aksesibilitas di provinsi ini akan makin baik.
Kebangkitan Pariwisata Kebangkitan pariwisata Jateng melalui momentum VJY bisa dilihat dari lebih banyaknya event regional dan lokal yang terselenggara. Kabupaten/ kota pun terus bergairah menyelenggarakan event.
Jateng memiliki destinasi sangat lengkap, ratusan destinasi alam, buatan, dan lautan. Potensi itu masih ditambah dengan makin tumbuhnya jumlah hotel berbintang dalam dua tahun terakhir, tidak hanya di kota besar tetapi juga di kota-kota kecil.
Selain itu, homestay, desa wisata, dan biro perjalanan wisata juga terus bertumbuh. Provinsi ini juga memiliki dua pelabuhan besar, Tanjung Intan Cicacap dan Tanjung Emas Semarang, serta dua bandara internasional, AYani Semarang dan Adi Soemarmo Solo yang siap mendukung kebangkitan pariwisata.
Kekurangan yang ada tak menutup semangat luar biasa dari masyarakat dan pelaku untuk menggelar major events menarik. Mereka telah bekerja keras menyelenggarakan Indonesia Corporate Meeting & Incentive Travel Mart (ICM-ITM), Borobudur International Festival (BIF), Borobudur 10 K, Central Java International Rafting, Sail Karimunjawa, dan sendratari Mahakarya Borobudur, di tingkat internasional.
Sejumlah festival regional dan lokal juga mampu menghadirkan babak baru di dunia kepariwisataan Jateng, seperti Festival Jamu, Festival Pinggir Kali Serayu, Semarang Night Carnival, Festival Lima Gunung, Solo Batik Carnival, atau Jazz di Atas Awan.
Peristiwa-peristiwa itu tentu membanggakan dan memberikan nilai tambah. Tentu saja semua itu tak berhenti pada sekadar menggelar event tahunan. Kesinambungannya harus tetap terjaga. Sinergitas program dan kegiatan harus tetap ada, antara pemerintah provinsi, kabupaten/ kota, dan stakeholders.
Kreativitas dan inovasi harus terus digali. Yang tak kalah penting adalah peningkatan kualitas SDM bidang pariwisata, jumlah dan kualitas event dengan melembagakan pariwisata nonbrand, peningkatan promosi efektif, dan dukungan anggaran yang memadai. (10)
Tinggalkan Balasan